Total Tayangan Halaman

Jumat, 22 April 2011

PEDOMAN PEMBELAJARAN METODE IQRO'

Pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan Metode IQRO', diberikan di jenjang TKA-TPA dengan sistem privat. Baik TKA maupun TPA, santri dikelompokkan dalam kelas-kelas, setiap kelas antara 15-25 anak, ada seorang wali kelas dan dibantu oleh beberapa orang ustadz/ ustadzah privat. Jumlah ustadz privat tiap kelas disesuaikan dengan jumlah santri dalam kelas tersebut, dengan perbandingan tiap 6 santri diperlukan 1 ustadz/ustadzah. Sebagai panduan (buku pegangan) dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an adalah buku Iqro’ yang terdiri dari jilid 1-6.

Masing-masing ustadz mengajar para santri secara bergantian satu persatu dengan prinsip CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), maksudnya santrilah yang aktif membaca lembaran-lembaran buku Iqro’ yang telah disusun secara sistematis dan praktis, sedangkan ustadz hanya menerangkan pokok-pokok pelajarannya dan menyimak (memperhatikan) bacaan santri satu persatu. Karena sifatnya yang individual, maka tingkat kemampuan dan hasil yang dicapai oleh masing-masing santri dalam satu kelas tidaklah sama.

Cara mengajarkan buku Iqro’ haruslah disesuaikan dengan petunjuk pengajaran yang telah digariskan oleh KH. As’ad Humam sebagai penyusun buku Iqro’. Ada 14 hal penting sebagai “Kunci Sukses Pengajaran Buku Iqro” (As’ad Humam, dkk, 2001: 97-98), yaitu:

1. CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), guru menerangkan pokok bahasan, setelah itu santri aktif membaca sendiri, guru sebagai penyimak saja, jangan sampai menuntun, kecuali hanya memberikan contoh saja.
2. Privat. Penyimakan seorang demi seorang secara bergantian. Bila klasikal (di sekolah formal atau di TPA yang kekurangan guru) menggunakan IQRO’ Klasikal yang dilengkapi dengan alat peraga IQRO’ Klasikal.
3. Asistensi. Santri yang lebih tinggi pelajarannya dapat membantu menyimak santri lain.
4. Mengenai judul-judul, guru langsung memberi contoh bacaannya, jadi tidak perlu banyak penjelasan. Santri tidak dikenalkan istilah fathah, tanwin, sukun dan seterusnya. Yang penting santri betul bacaannya.
5. Komunikatif. Setiap huruf/kata dibaca betul, guru jangan diam saja, tetapi agar memberikan perhatian/sanjungan/penghargaan. Umpamanya dengan kata-kata: Bagus, Betul, Ya, dan sebagainya.
6. Sekali huruf dibaca betul jangan diulang lagi.
7. Bila santri keliru baca huruf, cukup betulkan huuf-huruf yang keliru saja dengan cara:

- Isyarah, umpamanya dengan kata-kata “Eee, awas, stop” dan lain sebagainya

- Bila dengan isyarah masih tetap keliru, berilah titian ingatan

- Bila masih lupa, barulah ditunjukkan bacaan yang sebenarnya

- Bila santri keliru baca di tengah/di akhir kalimat, maka betulkanlah yang keliru itu saja, membacanya tidak perlu diulang dari awal kalimat. Nah setelah selesai sehalaman, agar mengulang pada kalimat yang ada kekeliruan tersebut.

1. Bagi santri yang betul-betul menguasai pelajaran dan sekiranya mampu dipacu, maka membacanya boleh diloncat-loncatkan, tidak perlu utuh tiap halaman.
2. Bila santri sering memanjangkan bacaan (yang semestinya pendek) karena mungkin sambil mengingat-ingat huruf di depannya, maka tegurlah dengan “Membacanya putus-putus saja!” dan kalau perlu huruf didepannya ditutup dulu agar tidak berpikir.
3. Santri jangan diajari dengan irama yang berlagu walaupun dengan irama tartil, sebab akan membebani santri yang belum saatnya diajarkan membaca irama tertentu. Sedangkan irama bacaan tartil dalam kaset yang dikeluarkan Team Tadarus “AMM” dimaksud untuk pengajaran MATERI HAFALAN dan ketika sudah bertadarus Al-Qur’an. Jadi tidak untuk pengajaran buku IQRO’.
4. Bila ada santri yang sama tingkat pelajarannya, boleh dengan sistem tadarus, secara bergilir membaca sekitar 2 baris sedang lainnya menyimak.
5. Untuk EBTA sebaiknya ditentukan ditunjuk guru penguji khusus supaya standarnya tetap dan sama.
6. Pengajaan buku IQRO’ (jilid 1 s/d 6) sudah dengan pelajaran tajwid yaitu tajwid praktis, artinya santri akan bisa membaca dengan benar sesuai dengan ilmu tajwid. Sedangkan ilmu tajwid itu sendiri (seperti istilah idghom, ikhfa’, macam-macam mad, sifat-sifat huruf dan sebagainya) diajarkan setelah lancar tadarus Al-Qur’an beberapa juz.
7. Syarat kesuksesan, disamping menguasai/menghayati petunjuk mengajar, mesti saja guru fasih dan tartil mengajarnya.

1 komentar:

  1. trims
    sayang ingin turut memanfaatkannya mengajar iqro anak-anak

    BalasHapus